Hari Solidaritas Asia-Afrika yang diperingati setiap tanggal 24 April merupakan momentum penting yang menandai semangat persatuan dan kerja sama antara negara-negara di dua benua besar. Hari ini ditetapkan sebagai pengakuan terhadap peristiwa bersejarah Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang berlangsung di Bandung pada tahun 1955. Penetapan ini tidak hanya mengukuhkan solidaritas antarnegara Asia dan Afrika, tetapi juga menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pemrakarsa utama gerakan solidaritas dunia ketiga. Hari Solidaritas Asia-Afrika juga berkaitan erat dengan pengakuan Kota Bandung sebagai “Ibu Kota Solidaritas Asia-Afrika” dan inisiasi pembentukan Asia Africa Center di Indonesia.
Latar Belakang Konferensi Asia-Afrika 1955
Pasca Perang Dunia II, dunia internasional dihadapkan pada berbagai tantangan kompleks. Banyak negara di Asia dan Afrika masih berjuang untuk kemerdekaan negaranya, sementara beberapa negara yang telah merdeka masih menghadapi masalah penjajahan oleh bangsa Barat[1]. Situasi global semakin memanas dengan munculnya dua blok besar dalam Perang Dingin: Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet (komunis)[1].
Konferensi Asia-Afrika lahir sebagai respons terhadap kondisi dunia yang tidak seimbang ini. KAA berlangsung pada 18-24 April 1955 di Bandung, Indonesia, dan menjadi pertemuan internasional pertama negara-negara Asia-Afrika[2]. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara yang mewakili lebih dari separuh populasi dunia pada masa itu (sekitar 1,5 miliar jiwa atau 54% populasi dunia)[2].
Pertemuan bersejarah ini disponsori oleh lima negara: Indonesia, Burma (Myanmar), India, Pakistan, dan Ceylon (Sri Lanka)[2][3]. Konferensi ini dikoordinasi oleh Ruslan Abdulgani, sekretaris jenderal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia[2]. Inisiatif KAA berawal dari Konferensi Kolombo yang berlangsung di Sri Lanka pada 28 April hingga 2 Mei 1954[4]. Presiden Soekarno kemudian mendorong Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo untuk menyampaikan ide penyelenggaraan KAA pada pertemuan tersebut[1].
Penetapan Hari Solidaritas Asia-Afrika
Hari Solidaritas Asia-Afrika ditetapkan pertama kali pada tanggal 24 April 2015, bertepatan dengan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA)[5][1]. Penetapan ini merupakan salah satu hasil penting dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika ke-60 yang diselenggarakan di Jakarta pada 22-23 April 2015[6][7].
Presiden Joko Widodo mengumumkan kesepakatan ini dalam pidato penutupan KTT: “Saya juga gembira sidang sepakat untuk menetapkan 24 April sebagai hari Asia Afrika dan menetapkan Bandung sebagai ibu kota solidaritas Asia Afrika. Dan, ini yang penting, mendukung berdirinya Asia Africa Center di Indonesia”[6][7][8].
Pemilihan tanggal 24 April memiliki signifikansi historis penting karena merupakan hari terakhir pelaksanaan KAA 1955, ketika para delegasi menyepakati pernyataan bersama yang dikenal sebagai Dasasila Bandung[8][9]. Sepuluh prinsip ini menjadi manifestasi semangat kolektif bangsa-bangsa baru merdeka untuk menjunjung perdamaian dunia, anti-kolonialisme, dan kerja sama internasional yang berkeadilan[9].
Signifikansi dan Warisan Konferensi Asia-Afrika
KTT Asia Afrika ke-60 yang diselenggarakan tahun 2015 menghasilkan tiga dokumen penting: Pesan Bandung 2015, Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Asia dan Afrika, dan Deklarasi Mengenai Palestina[5][6][7]. Presiden Jokowi menegaskan bahwa sidang tersebut telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kondisi kehidupan dunia masih tidak seimbang, jauh dari keadilan, dan jauh dari perdamaian, sehingga semangat Bandung (Bandung Spirit) masih sangat relevan[6][7].
Warisan penting dari Konferensi Asia-Afrika 1955 adalah arsip dan dokumentasi peristiwa tersebut. Pemerintah Indonesia mendaftarkan Arsip Konferensi Asia Afrika (Asian-African Conference Archives) sebagai Ingatan Kolektif Dunia atau Memory of the World UNESCO pada tahun 2014 dan berhasil diinskripsi oleh UNESCO pada tahun 2015[4][9]. Arsip ini terdiri dari dokumen, foto, dan film terkait konferensi yang memiliki nilai historis luar biasa[10][11].
Pengajuan arsip KAA ke UNESCO didukung oleh empat negara pemrakarsa KAA lainnya: India, Pakistan, Myanmar, dan Sri Lanka[11][12]. Pengakuan ini menegaskan bahwa KAA merupakan bukti peran signifikan Indonesia dalam membangun solidaritas di antara negara-negara Asia dan Afrika[13][11].
Makna dan Relevansi Hari Solidaritas Asia-Afrika
Penetapan Hari Solidaritas Asia-Afrika dan pengukuhan Bandung sebagai Ibu Kota Solidaritas Asia-Afrika memiliki makna mendalam bagi hubungan internasional. Kota yang dijuluki “kota kembang” ini tidak hanya menjadi latar historis penyelenggaraan KAA, tetapi juga simbol perlawanan terhadap ketidakadilan global dan perekat antarbangsa lintas benua[9].
Semangat Dasasila Bandung yang lahir dari KAA telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional dan menginspirasi terselenggaranya konferensi-konferensi lain yang hasilnya mengarah pada pembentukan Gerakan Non-Blok pada tahun 1961[2][4][9]. KAA juga berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara negara-negara Asia Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional[4].
Sebagaimana diungkapkan dalam artikel analisis terbaru, “Tujuh dekade yang lalu, Bandung bersinar. Bukan karena kobaran perang, melainkan oleh semangat kemerdekaan yang berkobar. Para pemimpin dari benua Asia dan Afrika berkumpul bukan menciptakan perpecahan, tetapi untuk menyatukan”[14]. Semangat ini tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam konteks isu-isu global kontemporer.
Kesimpulan
Hari Solidaritas Asia-Afrika yang diperingati setiap 24 April merupakan pengakuan terhadap peristiwa bersejarah yang telah mengubah lanskap politik dunia. Penetapan hari ini pada tahun 2015, bersamaan dengan peringatan 60 tahun KAA, menegaskan komitmen berkelanjutan terhadap semangat Bandung yang memperjuangkan perdamaian, kemerdekaan, dan keadilan global.
Warisan KAA tidak hanya berupa arsip dokumenter yang diakui UNESCO, tetapi juga semangat solidaritas yang terus menginspirasi hubungan antarnegara hingga kini. Bandung, sebagai Ibu Kota Solidaritas Asia-Afrika, menjadi simbol perjuangan bersama bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera.
Peringatan Hari Solidaritas Asia-Afrika mengingatkan generasi saat ini tentang pentingnya persatuan dalam menghadapi tantangan global. Sebagaimana diungkapkan tujuh puluh tahun yang lalu, “Pemimpin-pemimpin dari Asia dan Afrika berkumpul bukan untuk memecah belah dunia, tetapi untuk menyatukannya”[14], semangat ini tetap relevan dalam menjawab berbagai persoalan dunia kontemporer.
Daftar Referensi
- https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/24/090000765/hari-solidaritas-asia-afrika-24-april-2022-ini-sejarahnya?page=all
- https://en.wikipedia.org/wiki/Bandung_Conference
- https://www.idntimes.com/news/indonesia/seo-intern/24-april-hari-solidaritas-asia-afrika-penjelasannya
- https://kniu.kemdikbud.go.id/post/baca/mengenang-konferensi-asia-afrika-lewat-asia-africa-festival
- https://www.detik.com/sumbagsel/berita/d-7306357/peringatan-hari-solidaritas-asia-afrika-24-april-dan-sejarahnya
- https://setkab.go.id/inilah-hasil-hasil-ktt-asia-afrika-ke-60-di-jakarta-22-23-april-2015/
- https://pdiperjuangan-jatim.com/ini-hasil-ktt-asia-afrika-ke-60/
- https://nasional.kompas.com/read/xml/2015/04/23/20483151/24.April.Jadi.Hari.Asia-Afrika.dan.Dibangunnya.Asia-Africa.Center
- https://www.jurnas.com/artikel/172466/Hari-Solidaritas-Asia-Afrika-24-April-Ini-Sejarah-hingga-Tujuannya/
- https://www.unesco.org/en/memory-world/asian-african-conference-archives
- https://jatim.antaranews.com/berita/166844/unesco-includes-asian-african-conference-archives-in-memory-of-the-world
- https://pib.gov.in/newsite/PrintRelease.aspx?relid=115499
- https://republika.co.id/berita/koran/nusantara-koran/15/10/28/nwwz8827-unesco-akui-kaa-sebagai-ingatan-dunia
- https://analisis.republika.co.id/berita/svb2vw393/solidaritas-asia-afrika-luka-gaza

