Dalam konteks manajemen organisasi, perdebatan antara Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan Manajemen Aset Manusia (MAM) menjadi semakin relevan. MSDM lebih fokus pada pengelolaan individu dan pengembangan kapasitas mereka untuk meningkatkan kinerja organisasi, sedangkan MAM menempatkan penekanan pada mengidentifikasi, mengoptimalkan, dan memanfaatkan aset-aset manusia sebagai kekayaan organisasi. Kedua pendekatan ini, meskipun berbeda dalam fokus, sangat penting bagi kelangsungan dan kemajuan organisasi.
MSDM berperan dalam meningkatkan kinerja organisasi melalui praktik yang efektif dalam perekrutan, pelatihan, dan pengembangan staf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik MSDM yang baik memiliki dampak positif pada kemampuan pengelolaan pengetahuan dalam organisasi, membantu memaksimalkan kapabilitas sumber daya manusia (Ananthram et al., 2013), (Donate et al., 2015). Misalnya, penelitian oleh Gope et al. menegaskan bahwa praktik HRM yang efektif dapat meningkatkan kapabilitas manajemen pengetahuan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan performa bisnis secara keseluruhan (Gope et al., 2018). Selain itu, perhatian pada pengembangan sosial dan intelektual karyawan juga terbukti memberikan dampak positif terhadap inovasi dalam organisasi (Donate et al., 2015).
Sementara itu, MAM berfokus pada pemanfaatan aset manusia secara strategis. Konsep ini berupaya mengoptimalkan potensi setiap individu dan memperlakukan mereka sebagai aset yang dapat ditingkatkan nilainya. Aset manusia menjadi kunci dalam menghasilkan inovasi dan daya saing (Donate et al., 2015). Kajian oleh Ananthram et al. menunjukkan bahwa, ketika SDM diperlakukan sebagai aset strategis, perusahaan dapat lebih terhubung dengan imperatif bisnis dan mengembangkan inovasi yang diperlukan untuk bertahan (Ananthram et al., 2013).
Kedua pendekatan tersebut tidak harus saling bersaing, melainkan dapat saling melengkapi. Dalam konteks yang berbeda seperti pengelolaan aset desa, keberhasilan manajemen aset—baik yang berkaitan dengan sumber daya manusia maupun fisik—juga membutuhkan pendekatan terintegrasi yang memperhatikan baik keahlian SDM maupun pengelolaan aset yang ada (Suwarsono, 2024). Dengan pemahaman tersebut, perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara manajemen aset manusia dan manajemen sumber daya manusia guna mencapai hasil yang optimal.
Dalam ringkasan, baik Manajemen Sumber Daya Manusia maupun Manajemen Aset Manusia memiliki peran penting dalam mencapai tujuan organisasi. Integrasi kedua pendekatan ini dapat meningkatkan efektivitas organisasi dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada di pasar.
Daftar Referensi
- Ananthram, S., Nankervis, A., & Chan, C. (2013). Strategic human asset management: evidence from north america. Personnel Review, 42(3), 281-299. https://doi.org/10.1108/00483481311320417
- Donate, M., García‐Pardo, I., & Campo, J. (2015). Hrm practices for human and social capital development: effects on innovation capabilities. The International Journal of Human Resource Management, 27(9), 928-953. https://doi.org/10.1080/09585192.2015.1047393
- Gope, S., Elia, G., & Passiante, G. (2018). The effect of hrm practices on knowledge management capacity: a comparative study in indian it industry. Journal of Knowledge Management, 22(3), 649-677. https://doi.org/10.1108/jkm-10-2017-0453 Suwarsono, H. (2024). Village asset management policy implementation in galagamba village, ciwaringin district, cirebon regency. Jurnal Syntax Transformation, 5(10), 1216-1221. https://doi.org/10.46799/jst.v5i10.1013
** AI-Generated, Scite_

